BILA CINTA JANGAN BANCI

image

Di sebuah kamar ukuran 3×4, dua manusia ini berada. Satunya diam sembilan ratus sembilan puluh sembilan bahasa, satunya lagi tak kuasa membendung lisannya, hujan kata-kata. Menghujani lawan bicaranya tanpa jeda.

“Mengapa kau tak belajar mencintaiku? Kita sudah berteman sekian lama. Dan aku tak terima ketika kau hanya menganggapku selamanya teman. Okeh, aku sadar rupaku, juga adaku! Tapi, ini takdir Tuhan,kan?! Maaf! Aku tak bisa membiarkan perasaan ini hanya bermukim di relung hatiku,aku tersiksa. Maka mengapa kau tak belajar mencintaiku saja? Lihat dirimu! Jangan bersembunyi di balik kemunafikan baju koko dan peci putihmu.  Aku tak kuku..”(sambil menggigit jari-jari tangannya yang cukup besar). “Aku memang tak asli, tapi kau bisa belajar mencintaiku.”

“Diam! Diam! Diam!” sang lawan bicara, tak tahan! “Dengarkan saya, kamu mirip kaum nabi Luth yang tak tau diri, kau tau akhir hidup mereka yang seperti kamu di zaman itu? Diazab hujan batu oleh Allah! dan saya tak ingin menjadi bagian dari pecinta sejenis era modern! Ini bukan takdirmu, hanya kau membiarkan nafsumu merajaimu! Tuhan tidak pernah menciptakan ketidakjelasan, bahkan tempat akhir kamu dan saya pun jelas, syurga atau neraka! Jelas bukan?!”

“Argh…banyak dari kalian munafik! berapa banyak yang  sholat tapi juga mereka tetap korupsi ! Nyuri uang rakyat, tuh. Sedang kami? kami rajin bakti sosial, suka menolong, dan rajin menabung!” Celotehnya sambil mengibaskan rambut pendek model Ariel Norak, seorang vokalis band ternama.

“Diam! Diam! Diam! Terserah apa argumenmu. Yang jelas, saya rajin sholat, rajin mengaji, anti korupsi, juga suka bakti sosial, dan yang terpenting, saya laki-laki! Dan saya tidak akan belajar mencintaimu yang asalnya juga laki-laki.Titik!”

(Tiba-tiba menangis kencang) “Aku benciii kamuuuu! Mulai saat ini, kita putus sebagai teman. Aku serius! ini janji laki-laki! Eh..wanita..eh..aaargh!!.Huhuhuhu…!!” Lalu lari keluar kamar. Nabrak pintu! Lalu lari lagi. Tersandung ember. Lalu,lanjut lari.

Sang pria berbaju koko,berpeci putih lalu mengelus dada. Yah, akhirnya setelah 5 bulan 10 hari dikejar-kejar, semoga ini akhirnya. Lalu ia pun bersiap pergi jauh. Sejauh mungkin. Tidak ingin mendengar sebuah kabar bunuh diri seseorang. Itu saja.

Jakarta,30 januari 2013

Sumber gambar dari sini

BERHENTI MEMIKIRKANMU

Sore itu aku duduk di depan jendela, menonton bulir hujan di kaca yang mengalir berkejar-kejaran. Sambil sesekali menyeruput kopi tubruk buatanku sendiri. Mendadak aku memikirkanmu ! Yah, kamu!

Masih ingat?Hujan-hujan biasanya aku datang menjemputmu sepulang les, dengan bersepeda. Kutawarkan sepedaku, dan kau pun naik dan mengayuh kencang, aku cuma berlari di belakangmu, kehujanan. Awalnya disuruh ibuku, selanjutnya aku sok pahlawan. Tanpa berani sedikitpun membonceng apalagi menyentuhmu.

Kupandangi gelas kopiku, kukitari uap panas di dinding gelas dengan jariku. Ini gelas pemberianmu. Kukira awalnya kau simpatik padaku, namun bukan begitu maksudmu. Kau bilang, “Sudah terlalu banyak gelas seperti ini di rumah, buat kamu saja.” Lalu kau menutupkan pintu dari dalam rumah, memang tak baik berduaan di dalam rumahmu ketika tidak ada siapapun di rumah itu.

Tiba-tiba saja aku rindu kekakuan hubungan kita. Ketika kau bersusah payah melompat-lompat di bawah pohon mangga, dengan sigap ku melompat untukmu, dan memanjat pohon mengambilkanmu mangga, tanpa tunggu perintahmu. Padahal kau hanya, ingin menangkap kupu-kupu yang hinggap di bunga anggrek yang menempel di pohon mangga.Atau dikeroyok anak-anak tetangga yang sering menggodamu, karena menghalau mereka. Kau tak berterimakasih, hanya meninggalkan obat merah dan perban di depan pintu rumah. Aku pun tersenyum dan mengobati sendiri. Juga rindu senyum malumu, ketika melihatku ditegur ayahmu karena menyiram seember air ke tubuhnya yang seharusnya untuk cuci mobil ayahmu..gara-gara kagum melihatmu pertama kali berjilbab.

Rasanya sudah belasan tahun yang lalu, aku tak pernah henti memikirkanmu. Sejak ikut ibu pulang kampung, dan tak pernah kembali lagi karena ibu yang memilih jadi TKW, ketimbang bekerja di tempatmu.Pasti kau sudah jauh lebih dewasa, ahh..tak baik memikirkanmu terus yang belum tentu memikirkanku.. hubungan kita memang hanya sebatas majikan dan anak pembantu, tak lebih! Maka kupendekkan anganku, sebelum syaithon memanjangkannya. Mungkin lebih baik aku berhenti saja, karena hujan pun telah usai.

@cheitumminyafardais
Jakarta, 15 11 2011