AKU, AYAH, DAN MUADZIN ITU

image

Di puncak menara,suaranya mulai menggema meruntuhkan keangkuhan hatiku. Memanggil semua yang sadar akan Rabb-nya. Suaranya pula yang mencairkan kekerasan hati ini, hingga memaksa bulir airmata mengalir entah…! Ia cuma seorang muadzin sebuah masjid dekat rumahku. Muadzin yang ternyata juga punya mimpi.

Baru kali ini aku menikmati suara indahnya mengalun…memanggil atas nama Rabb semesta alam…tak ada yang seindah itu, bahkan untuk aku pun yang jarang merasa terpanggil untuk menghadapkan wajahku ke kiblat..Suaranya kunanti-nanti, menghapus penat ku sepulang seharian bergelut dengan kertas-kertas di meja kantor. Andai suaranya bisa kubawa, menemani tiap ke lima waktu.

Suaranya pula mengingatkan ku  cerita ayah tentang Bilal, si budak legam yang pertama kali mengumandangkan adzan. Rasulullah sering memuji kemerduan suara Bilal sambil berkata, “Istirahatkan kami wahai, Bilal!” Dan dengan sigap, Bilal memenuhi untuk menggemakan adzannya ke penjuru makkah. Yah, suara lelaki muadzin itu mengingatkanku juga tentang cerita ayah..kemarin sore…bahwa ia ingin meminangku lewat ayah yang sering jadi teman bertukar pikiran nya di masjid. Ayah tidak memaksaku meski sebelumnya aku sudah menolak, dan meski ayah kelihatan menyukai lelaki itu..

Tapi, setelah mendengar suara adzannya shubuh tadi, rasanya aku jatuh cinta, dan ingin agar ayah memaksaku…Aku yang angkuh ini memang pernah memutuskan untuk tidak mengenal laki-laki lagi setelah dikhianati, namun suara lelaki muadzin itu yang meruntuhkan egoku…Dan kumulai lagi membasahi ragaku dengan wudhu, juga mulai sujud di hadapan Rabbku setelah sekian lama, berharap doaku bertaut dengannya…

Tiba-tiba turun hujan selepas maghrib, aku tersenyum penuh arti dan bergegas menyusul ayah di masjid sambil beralasan membawakannya payung…

@cheitumminyafardais
Tanggalnya gak secantik kemarin…
Jakarta,10 10 11

Leave a comment