KETIKA IA BICARA TENTANG PACARAN

image

Dua hari ini topik pembicaraan saya dengan Faris adalah pacaran. Huehhhh, entah kenapa ia begitu penasaran dengan kata itu. Terlalu dini untuk berbicara itu rasanya, apalagi untuk seusia Faris yang baru duduk di bangku TK. Saya juga tak bisa menjauhkannya dari lingkungannya, karena pada dasarnya anaknya sangat senang berteman. Hingga beberapa istilah dan persepsi tentang pacaran ia dapatkan dari temannya.

Sepertinya susah-susah gampang memilih kata-kata untuk menjawab berbagai pertanyaan Faris, ini menyangkut hidup dan mati…hehehe…seram kan,yah….Mari simak dialog saya sama Faris, asal tahu saja, jantung saya dag dig dug, kepala saya pening, belum lagi emosi yang harus selalu diturunkan, ingat…saya sedang menghadapi bocah kecil yang tiga bulan lagi genap enam tahun.

Faris: “Ummi pacaran itu enak,ya?”
Ummi: (dalam hati terkejut,tapi berusaha tenang) “Memangnya Faris dengar dari siapa pacaran itu enak?”
Faris: ” Dari Bintang. Bintang itu pacarnya delapan,lho mi…”
Ummi: “Oya? Memang kalau pacaran, Bintang ngapain?”
Faris: “Ngasih kartu ke pacarnya.”
Ummi:”Oooo…begitu. Kalo menurut Faris, pacaran itu apa,nak?”
Faris: (Berpikir sebentar lalu senyum-senyum)….”Pacaran itu jalan berdua, trus kalo rumahnya kosong ciuman deh.”
Rasanya geledek menyambar kepala saya.
Ummi:”Astagfirullahaladziim… (saya mulai panik, tapi berusaha menurunkan tensi yang mulai naik). Kok, kakak bisa jawab begitu?”
Faris: “Kata miki (anak tetangga kelas satu SD) pacaran itu di rumah kosong. Kalau ciuman aku pernah nonton marsupilami ciuman di atas pohon.” (Rasanya ingin marah dan menjewer kuping anak yang ngajarin faris gak bener.  Masalah tontonan, saya ingat kejadian itu tapi perasaan sudah setahun lalu dan saya kalah cepat mindahin channelnya dengan adegan itu).

Ummi:”Kakak tahu nggak, kalau ada laki-laki dan perempuan bukan suami istri berduaan di rumah kosong atau tempat sepi, ada pihak ketiga, yaitu syaithon.
Faris : ” Benar,mi?Trus syaithonnya ngapain?”
Ummi: “Membisikkan kejahatan kepada manusia.”
Faris: “Seperti apa contohnya?”
Ughh, haruskah sedetail itu saya menjawabnya? Yah, karena anak selalu ingin yang konkret.
Ummi:”Contohnya syaithon akan minta kamu bohongin orangtua, katanya di sekolah belajar, padahal pacaran.”
Faris mengangguk-angguk, saya berharap ia tak minta tambahan contoh.
Ummi:”Faris tahu khan Nabi Yusuf, nabi yang terkenal karena kegantengannya, ia pernah diajak pacaran sama Zulaikha, tapi Nabi Yusuf menolak karena, ia lebih memilih dipenjara daripada harus berbuat dosa. Ada saatnya nanti Faris boleh pacaran.”
Faris: ( Berbinar-binar) Kapan,mi? Sudah menikah?!
Ummi : Tersenyum.
Faris: “Tapi,temanku kok boleh?”
Ummi: “Siapa bilang boleh. Mungkin orang tuanya tidak tahu, atau yang dimaksud Bintang dan Miki pacaran mungkin hanya berteman saja. Kalau Faris ada yang ngajak pacaran, kira-kira mau nggak?”
Faris: Tiba-tiba mesem malu-malu. “Nggaaak…hehehe….”
Ummi: “Alhamdulillah,ya Allah…”
Faris: (cekikikan) Maksudku nggak mau bilang-bilang sama ummiiii…hihihihi…”
Ummi: “Fariiiiiiiis…”

Jauh di lubuk hati yang terdalam, saya lega karena ia mau menjadikan saya tempatnya bercerita dan bertanya, bukan orang lain. Bahwa keterbukaan di era buka-bukaan sekarang ini perlu diterapkan. Kuncinya adalah jangan buru-buru menghakimi dan menganggap tabu sebuah pertanyaan entah itu tentang seks,pacaran, atau jatuh cinta. Selama disampaikan dengan bahasa yang bisa mereka mengerti, insyaAllah, mereka tak perlu mencari artinya di luar yang belum tentu benar.  Selanjutnya adalah membangun pondasi yang kuat pada diri anak, agar tak ikut-ikutan…kelak jika diharuskan bergaul dengan lingkungan yang mungkin tak sesuai, ia tidak terjerumus. Terselip doa lindungi anak-anak kami kelak dari fitnah dunia dan godaan syaithon..Aamiin.

@cheitumminyafardais