PENSIL (TAMAT)

image

Sejak kecil, aku suka pensil
Membawa kemana-mana
Juga menulis dimana-mana

Aku suka pensil
Yang ujungnya runcing sehabis diraut, di kepalanya ada penghapus berwarna merah

Ketika aku jatuh cinta kugambarkan siluetmu dengan pensilku di atas sehelai kertas,dan jika kubertepuk sebelah tangan kuhapus ia dengan hapusan pensilku.

Ketika aku sedih
Kugoreskan kembali pensilku membentuk sebait puisi, namun kuhapus lagi ketika senyum mulai mengembang di sudut bibirku.

Aku seperti pensil dengan penghapus kecil diujungnya.
Plin plan.
Menulis lalu dihapus,
Menggambar lalu dihapus,
Menggores lalu dihapus,
Menghitung angka-angka lalu menghapus hasilnya,
Yah, aku seperti pensilku dengan penghapus kecil diujungnya,
Berjilbab lalu kubuka lagi,
Berjilbab lalu tidak lagi,
Hingga aku muak dengan “gaya hidup” pensilku dan aku.
*****

Pagi cerah,
Hari ini aku tak lagi membawa pensilku itu lagi.
Sudah kupatah jadi dua.
Karena ia tak pernah berjejak.
Si tulis hapus.

Pagi merona,
Kutatap dua belas spidol warna di genggamanku yang kuikat karet gelang.
Mungkin nanti kita akan mewarnai yang kita temui.
Setidaknya juga ia bukan si pensil tulis hapus yang plin plan.
Tapi dua belas spidol warna yang melukiskan jejaknya bersama-sama, jelas dan menegas.

Lalu aku berlari menemui sebelas orang teman berjilbabku yang menungguku di seberang jalan sejak tadi.
Senyum mereka menyambutku,tulus.
Lalu, ujung Jilbabku melambai-lambai mengikuti irama angin, menyibukkanku membenahi agar tak tersingkap.
Stoknya cuma ada 2 untuk sementara.
Tapi setidaknya ia tidak akan kulepas lagi. Selama hidup.

Cheitumminyafardain
Juni 2013